Jumat, 29 April 2016

Seni budaya wayang oleh Sunan Kalijaga



Seni Budaya Wayang Oleh Sunan Kalijaga

Seni budaya wayang di Nusantara merupakan hasil karya seorang ulama yang terkenal, yaitu Sunan Kalijaga. Wayang dimanfaatkan sunan kalijaga sebagai sarana dakwah untuk menyebarkan agama islam di Nusantara, masyarakat Jawa Tengah khususnya, menganggap kesenian wayang tidak sekadar kesenian. Wayang mengandung nilai Filosofis, relegius dan pendidikan.
Dengan kesenian wayang, Sunan Kalijaga berhasil menarik perhatian masyarakat luas. Hal itu membuat mereka tertarik untuk masuk agama Islam dengan kesadatan dan kemauan sendiri. Sunan Kalijaga terkenal sebagai ulama yang kreatif dan pandai menarik simpati masyarakat. Beliau banyak menciptakan certa pewayangan yang bernapaskan islam. Misalnya cerita yang berjudul Jamus Kalimasada,Wahyu Tohjali, Wahyu Purboningrat dan Babat Alas Wonomarto.
Disamping menciptakan cerita-cerita kewayangan, Sunan Kalijaga juga berhasil menciptakan perlatan perlengkapan dalam wayang, kelengkapan yang menyertai pementasan wayang adalah seperangkat gamelan dan gending-gending Jawa.
Pada masa itu, setiap akan diadakan pentas wayang terlebih dahulu Sunan Kalijaga memberikan nasehat keislaman, kemudian mereka diajak mengucapkan dua kalimat syahadat. Dengan demikian berarti mereka sudah menyatakan diri masuk islam, lama kelamaan merekapun mau menjalankan shalat. Dengan cara demikikian Sunan Kalijaga dapat memikat hati masyarakat, sehingga islam cepat tersebar di masyarakat  Jawa, khususnya Jawa Tengah.
Di dalam peresmian mesjid di Demak, Sunan Kalijaga mengsulkan agar dibuka dengan pertunjukan wayang kulit yang pada masa itu bentuknya masih wayang beber yaitu gambar manusia yang beber pada sebuah kulit binatang.
Usul Sunan Kalijaga ditolak  oleh Sunan Giri karena wayang yang berbentuk manusia itu haram hukumnya dalam ajaran islam, demikian menurut Sunan Giri.
Jika Sunan Kalijaga mengusulkan peresmian masjid Demak itu dengan membuka pagelaran wayang kulit, kemudian diadakan dakwah dan rakyat berkumpul boleh masuk  setelah mengucapkan syahadatain, maka Sunan Giri mengusulkan agar masjid Demak pada saat hari jum’at  yakni setelah melakukan shalat jum’at.
Sunan Kalijaga yang berjiwa besar kemudian mengadakan kompromi dengan Sunan Giri, sebelumnya Sunan Kalijaga sudah merubah bentuk wayang kulit sehingga gambarnya tidak bisa disebut sebagai gambar manusia lagi, tetapi lebuh mirip dangan kalikatur seperti bentu wayang yang ada sekarang ini.
Sunan Kaljaga membawa wayang kulitnya itu di hadapan sidang para wali, karena tak bisa disebut sebagai gambar manusia, maka Sunan Giri menyetujui wayang kulit itu digunakan sebagai media dakwah.
 Perubahan wayang kulit itu di karenakan sanggahan dari Sunan Giri, karena itu sunan kalijaga member tanda khusus pada momentum penting itu, pemimpin para dewa dalam kewayangan oleh sunan kalijaga dianggap penting, pemimpin para dewa dalam kewayangan oleh Sunan Kalijaga dinamakan sang Hiyang Girinata, yang berarti sunan Giri yang menata.
Maka perdebatan tentang masjid Demak dapat diatasi, peresmian itu di awali dengan sholat jum’at kemudian diteruskan dengan pertunjukkan wayang kulit yang dimainkan oleh ki dalang Sunan Kalijaga 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar